Praktikum Bakteriologi dengan metode Perwarnaan Gram
Judul : Perwarnaan Gram
Hari Tanggal : Sabtu , 19 Maret 2013
Tujuan : untuk mengetahui Gram positif dan negatif pada sampel kuman
Dasar Teori :
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan DenmarkHans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Judul : Perwarnaan Gram
Hari Tanggal : Sabtu , 19 Maret 2013
Tujuan : untuk mengetahui Gram positif dan negatif pada sampel kuman
Dasar Teori :
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan DenmarkHans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang dibentuk oleh spesies ini, disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus endospora. Tetapi sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang membentuknya.
Sel-sel mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak
hampir transparan bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa sehingga sukar
dilihat karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan
indek bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dengan
lingkungannya dapat dipertajam dengan mewarnai sampel tersebut. Tujuan
pewarnaan untuk mengamati dengan lebih baik tampang morfologi mikroorganisme
secara kasar, mengidentifikasi bagian-bagian struktural sel mikroorganisme dan
membantu mengidentifikasi atau membedakan mikroorganisme yang serupa.
Pewarnaan yang biasa dilakukan adalah pewarnaan sederhana yaitu pemberian warna pada bakteri atau jasad renik lainnya dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada larutan tipis atau olesan yang sudah difiksasi. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka basa). Zat-zat warna yang digunakan biasanya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Pewarnaan sederhana memungkinkan dibedakannya bakteri dengan berbagai morfologi dan strukturnya. Pewarna yang biasa dipakai dalam pewarnaa umum adalah biru metilen. Biasanya hanya untuk membedakan sel dan latar belakangnya saja tanpa bermaksud melakukan kajian diferensiasi. Biru metilen memberi warna biru cerah yang bisa bergradasi (biru muda sampai biru agak tua). Akan tetapi pada beberapa mikroorganisme, beberapa granula di dalam sel tampak terwarnai lebih gelap daripada bagian sel lain.
Pewarnaan yang biasa dilakukan adalah pewarnaan sederhana yaitu pemberian warna pada bakteri atau jasad renik lainnya dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada larutan tipis atau olesan yang sudah difiksasi. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka basa). Zat-zat warna yang digunakan biasanya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Pewarnaan sederhana memungkinkan dibedakannya bakteri dengan berbagai morfologi dan strukturnya. Pewarna yang biasa dipakai dalam pewarnaa umum adalah biru metilen. Biasanya hanya untuk membedakan sel dan latar belakangnya saja tanpa bermaksud melakukan kajian diferensiasi. Biru metilen memberi warna biru cerah yang bisa bergradasi (biru muda sampai biru agak tua). Akan tetapi pada beberapa mikroorganisme, beberapa granula di dalam sel tampak terwarnai lebih gelap daripada bagian sel lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu
fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat
warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian
dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat
juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini
dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu
spesies.
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan
diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-
jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan
tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana.
Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau
bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan
pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat
membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah
pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.
Macam-macam pewarnaan:
1. Pewarnaan negatif
- Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang
- Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti
spirochaeta
#Cara pewarnaan negatif
- Sediaan hapus → teteskan emersi → lihat dimikroskop
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri
tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini
mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami
pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya
penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat
diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta
cina.
2. Pewarnaan sedehana
- Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air
fukhsin)
- Tujuan hanya untuk melihat bentuk sel
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
3. Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini dilakukan pada bakteri tahan asam dalam proses
warna akibat Alkohol-asam, dan penggunaan pembalik warna pada tahap akhir dari
proses sehingga menghasilkan warna merah.
4. Pewarnaan structural/khusus
- Untuk mewarnai struktur khusus/tertentu dari bakteri→
kapsul, spora, flagel dll
i) Pewarnaan
kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu
larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada
kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam
tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang berwana biru gelap.
ii) Pewarnaan spora
Dinding spora relative tidak permeable, namun zat warna bias
menembusnya dengan cara memanaskan preparat.
iii) Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam
tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel
dan flagel.
iv) Pewarnaan nucleoid
Pewarnaan nucleoid menggunakan pewarna fuelgen yang khusus
untuk DNA.
5. Pewarnaan diferensial
- menggunakan lebih dari satu macam zat warna
- Tujuan untuk membedakan antar bakteri
- Contoh: Pewarnaan Gram, Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat
bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat
struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola,
menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat
warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan
gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938)
yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi
atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut
ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram
tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel
seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu
dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia.
Bakteribakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat
lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel
tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel
bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan
sederhana atau Gram.
Komentar
Posting Komentar